Bacalah AlQuran dengan Tartil

4/24/2010 07:34:00 PM Posted In Edit This 0 Comments »
Bismillahirrahmaanirrahiim.

“Bacalah AlQuran dengan Tartil”

Waspadalah terhadap kesalahan didalam membaca AlQuran.

Perintah mempelajari ilmu Tajwid, sudah ada semenjak ayat AlQuran diturunkan kepada nabi mulia, Rasulullah, Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam.

Diantaranya, firman Allah Ta’ala :”Warattilil Quraana tartiilan”. (Dan bacalah AlQuran itu dengan perlahan/tartil/bertajwid)(Q.S Al Furqan 32)

Dari As Sunnah. Dari hadits yang diriwayatkan dari Ummu Salamah r.a(istri Rasulullah). ketika beliau ditanya tentang bagaimana bacaan dan shalat Rasulullah, maka beliau menjawab:”Ketahuilah, bahwa Baginda shalat, kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika beliau shalat tadi, kemudian shalat yang lamanya sama seperti beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi, yang lamanya sama seperti shalat tadi, hingga menjelang shubuh. Kemudian (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah dengan menunjukkan satu bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu.”(H.R At Tirmidzi).

Dari Ijma’ ulama sejak dari dulu sampai sekarang telah sepakat akan kewajiban mempelajari ilmu tajwid ini.

Didalam membaca AlQuran kita juga diperintahkan agar berhati-hati didalam membacanya, jangan sampai terjadi kesalahan baca tanda baca, huruf dan barisnya.

Kalau kesalahan membaca mad/panjang pendek, idgham, idhzar, ikhfa, dllnya itu, mungkin masih bisa ditolerir, karena tidak begitu merubah pengertian, atau makna dari AlQuran tersebut.

Dan akan berbeda, kalau kesalahan membaca dari sisi salah membaca lafaznya, atau barisnya, akan bisa merubah arti yang dimaksud oleh firman Allah Ta’ala itu.

Itu sebabnya, selain kita mempelajari tajwid, kita juga dituntut untuk mempelajari qaedah/grammar, undang-undang bahasa Arab, serta, kita mempelajari makna dari lafaz tersebut.

Suatu contoh kesalahan yang pernah terjadi dimana sahabat Umar bin Khattab ra. :”Dari abi Malikah, ia berkata, ada seorang Arab datang kepada Umar bin Khattab, kemudian beliau meminta salah seorang dari yang hadir agar membacakannya salah satu apa yang telah diturunkan dari AlQuran. Maka berdirilah lelaki Arab tadi, dan membacakan kepadanya surah Al baraah(At Taubah), lalu ia membaca :”Innallaaha barium minalmusyrikiina wa rasuuLIHI”.

Ia membaca kalimat “RasuuLUHU” dengan “RasuuLIHI”(seharusnya baris depan, dibaca baris bawah LUHU, dibaca LIHI), dia menjadikan lafaz “Rasuluhu”, menjadi ‘athaf(sambungan) dari lafaz sebelumnya yakni “Minalmusyrikiina”(Musyrik baris bawah, karena didahului oleh huruf jar”Min”.

orang Musyrik, begitupula Rasulullah berlepas diri dari perbuatan orang musyrik”, atau terjemahan bebasnya:”Allah dan RasulNya, berlepas diri dari orang-orang musyrik”

Kalau “Rasuuluhu”, dibaca dengan “Rasuulihi”, akan merubah makna ayat, dengan perubahan yang luar biasa salahnya. Bila dibaca “rasulihi”, maka artinya menjadi :”Allah Ta’ala berlepas diri dari kaum musyrik dan rasulNya”(Naudzubillahimindzalika). Tidak mungkin Allah yang sangat mencintai kekasihnya bisa melepaskan tanggung jawab/alias Allah tak memperhatikan baginda Rasulullah.

Kesalahan luar biasa.

Itu sebabnya, setelah itu Umar Bin Khattab, menyuruh kita ummat islam, agar, apabila kita membaca AlQuran, maka ketahuilah ilmu bahasa Arab itu.

Contoh lain: “Waidzibtalaa IbraahiiMA, RabBUHU”(AlBaqarah 124). Karena orang bisa saja menduga, setelah kata kerja(fi’il), tentu ada subjeknya(fa’il=pelakunya),

Lafaz :”Ibtalaa”=kata kerja, maka dibacalah lafaz setelah lafaz tersebut kata :”IbraaHIMU”.

Setelah subjek, predikat ditemukan, tentu ada objeknya(pelengkap penderitanya=maf’ulumbih). Maka dibacalah kalimat sesudah subjek tadi kata “rabbun” dengan RabBAHU” . dibacanyalah :”Waidzibtalaa ibraahiiMu rabBAhu”(ini salah fatal)

Seharusnya yang menguji adalah Allah, yang diuji adalah nabi Ibrahim.

Karena terjadi kesalahan baca, maka menjadi terbalik. Ibrahim yang menguji Tuhannya..

Contoh lain: “Innamaa YakhshallaHA..min ‘baadihil ‘UlamaaU”

Kalau dibaca salah dan kebalik:”Innamaa yakhsyallaahU min ‘baadihil ulamaA”

Seharusnya yang takut kepada Allah adalah Ulama, karena dibaca salah jadi artinya kebalik, yang takut kapada ulama adalah Allah.

Yang seharusnya maf’ul jadi Fa’il, objek jadi subjek, atau sebaliknya. Ini semua karena kesalahan dari sisi tata bahasa(Nahu/sharaf, baris, lafaz, dllnya).

Contoh lain, tulisan yang sama bentuknya, tetapi lain barisnya :”jannah, jinnah, junnah”(ini kalau dilihat tulisan Arabnya sama bentuknya”, tetapi berjauhan artinya, kalau salah-salah baca, akan salah pengertian:”(silahkan lihat AlQuran surah Al Imraan 185, As Shaffaat 158, AlMukminuun 70, Al Mujaadalah 16). Cobalah baca kebalik, artinya bagaimana? Akan kelihatan aneh dan ganjil.

“jannah”=surga, Jinnah=Jin, Junnah=Perisai(tulisannya sama, tapi beda barisnya, satu atas, satunya lagi depan, satunya lagi bawah(JIN,JUN,JAN).

Dan masih sangat banyak lagi contoh-contoh apabila kesalahan baca dalam AlQuran yang akan merubah arti.

Karena itulah para ulama ada mengarang buku khusus dalam masalah ini, salah satunya masalah “Mutasyabihaat dalam AlQuran”, “Kesalahan yang sering terjadi disaat membaca AlQuran”, dllnya.

Karena itu, marilah sama-sama kita belajar dan mempelajari AlQuran dengan ilmu tajwid, qawa’id, dan tafsir dengan baik. Barulah kita menjadi manusia manusia yang terbaik, sebagaimana hadits Rasulullah :”Sebaik-baik kamu adalah yang belajar AlQuran dan mempelajari”.

Tidak ada ilmu yang paling baik selain belajar AlQuran ini. Didalam AlQuran mencakup segala apa yang kita cari dan butuhkan, karena dia adalah way of life, pedoman hidup kita. Hidayah, obat segala macam penyakit dan sebagainya.

Mungkin, ini yang bisa saya sampaikan, apabila ada kekhilafan, itu datangnya dari saya peribadi, kalau benar, kebenaran hanya milik Allah semata.

Allahu ta’ala ‘alam

0 komentar: