Kisah Lima Perkara Aneh

5/11/2013 12:23:00 PM Posted In Edit This 0 Comments »
 Abu Laits as-Samarqandi adalah seorang ahli fiqh yang masyhur. Suatu ketika dia pernah berkata, ayahku menceritakan bahwa antara Nabi-nabi yang bukan Rasul ada yang menerima wahyu dalam bentuk mimpi dan ada yang hanya mendengar suara.
Maka salah seorang Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam bermimpi diperintahkan yang berbunyi, “Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi menuju ke barat. Engkau dikehendaki berbuat, pertama; apa yang engkau lihat (hadapi) maka makanlah, kedua; engkau sembunyikan, ketiga; engkau terimalah, keempat; jangan engkau putuskan harapan, yang kelima; larilah engkau daripadanya.”

Pada keesokan harinya, Nabi itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang pertama dihadapinya ialah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi itu kebingungan sambil berkata, “Aku diperintahkan memakan pertama yang aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan.”
Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika dia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar roti. Maka Nabi itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Bila ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu. Dia pun mengucapkan syukur ‘Alhamdulillah’.

Kemudian Nabi itu meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas. Dia teringat akan pesan mimpinya supaya disembunyikan, lantas Nabi itu pun menggali sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu, kemudian ditinggalkannya. Tiba-tiba mangkuk emas itu keluar lagi. Nabi itu pun menanamkannya lagi sehingga tiga kali berturut-turut.
Maka berkatalah Nabi itu, “Aku telah melaksanakan perintahmu.” Lalu dia pun meneruskan perjalanannya tanpa dia sadari mangkuk emas itupun keluar lagi dari tempat ia ditanam.

Ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba dia melihat seekor burung elang sedang mengejar seekor burung kecil. Kemudian terdengarlah burung kecil itu berkata, “Wahai Nabi Allah, tolonglah aku.”
Mendengar rayuan burung itu, hatinya merasa simpati lalu dia pun mengambil burung itu dan dimasukkan ke dalam bajunya. Melihat keadaan itu, lantas burung elang itu pun datang menghampiri Nabi itu sambil berkata, “Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku.”

Nabi itu teringat pesan dalam mimpinya yang keempat, yaitu tidak boleh putuskan harapan. Dia menjadi kebingungan untuk menyelesaikan perkara itu. Akhirnya dia membuat keputusan untuk mengambil pedangnya lalu memotong sedikit daging pahanya dan diberikan kepada elang itu. Setelah mendapat daging itu, elang pun terbang dan burung kecil tadi dilepaskan dari dalam bajunya.
Selepas kejadian itu, Nabi itu meneruskan perjalannya. Tidak lama kemudian dia bertemu dengan satu bangkai yang amat busuk baunya, maka dia pun bergegas lari dari situ kerana tidak tahan dengan bau yang menyakitkan hidungnya. Setelah menemui kelima peristiwa itu, maka kembalilah Nabi ke rumahnya. Pada malam itu, Nabi pun berdoa. Dalam doanya dia berkata, “Ya Allah, aku telah melaksanakan perintah-Mu sebagaimana yang diberitahu di dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku arti semuanya ini.”

Dalam mimpi beliau telah diberitahu oleh Allah S.W.T. bahwa, “Yang pertama engkau makan itu ialah marah. Pada mulanya nampak besar seperti bukit tetapi pada akhirnya jika bersabar dan dapat mengawal serta menahannya, maka marah itu pun akan menjadi lebih manis daripada madu.
Kedua; semua amal kebaikan (budi), walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan nampak jua. Ketiga; jika sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu khianat kepadanya. Keempat; jika orang meminta kepadamu, maka usahakanlah untuknya demi membantu kepadanya meskipun kau sendiri membutuhkan. Kelima; bau yang busuk itu ialah ghibah (menceritakan hal seseorang). Maka larilah dari orang-orang yang sedang duduk berkumpul membuat ghibah.”

Saudara-saudaraku, kelima kisah ini hendaklah kita tanamkan dalam diri kita, sebab kelima perkara ini senantiasa berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Perkara yang tidak dapat kita elakkan setiap hari ialah mengghibah hal orang, memang menjadi tabiat seseorang ialah suka mengatai hal orang lain. Haruslah kita ingat bahwa kata-mengata hal seseorang itu akan menghilangkan pahala kita, sebab ada sebuah hadis mengatakan di akhirat nanti ada seorang hamba Allah akan terkejut melihat pahala yang tidak pernah dikerjakannya. Lalu dia bertanya, “Wahai Allah, sesungguhnya pahala yang Kamu berikan ini tidak pernah aku kerjakan di dunia dulu.” Maka berkata Allah S.W.T., “Ini adalah pahala orang yang mengata-ngatai tentang dirimu.”

Dengan ini haruslah kita sadar bahwa walaupun apa yang kita katakan itu memang benar, tetapi kata-mengata itu akan merugikan diri kita sendiri. Oleh karena itu, hendaklah kita jangan mengata hal orang walaupun ia benar.

Cinta Ahlul Bait

3/03/2013 06:04:00 PM Posted In Edit This 0 Comments »
 
Di hari kedua puluh lima bulan Ramadhan kita membaca:
 اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي فِيهِ مُحِبّا لِأَوْلِيَائِكَ وَ مُعَادِيا لِأَعْدَائِكَ مُسْتَنّا بِسُنَّةِ خَاتَمِ أَنْبِيَائِكَ يَا عَاصِمَ قُلُوبِ النَّبِيِّينَ
 Allahummaj’alnii Fiihi Muhibban Liauliyaaika Wa Mu’aadiyan Li A’adaaika Mustannan Bisunnatin Khaatami Anbiyaaika Yaa ‘Aashima Quluubin Nabiyyiina 
 Ya Allah… Jadikanlah aku orang-orang yang mencintai auliya-Mu dan memusuhi musuh-musuh-Mu. Jadikanlah aku pengikut sunnah-sunnah penutup Nabi-Mu. Wahai Penjaga hati para nabi. Dalam doa hari kedua puluh lima bulan Ramadhan ada tiga tema penting; mencintai wali Allah, memusuhi musuh Allah dan mengamalkan Sunnah Nabi.
Doa hari kedua puluh lima ini menekankan cinta kepada Ahul Bait Nabi. Keharusan mencintai Ahlul Bait :
Syarat masuk surga Rasulullah Saw bersabda, “Pada Hari Kiamat manusia tidak akan melangkahkan kakinya hingga ditanya tentang empat hal; …, tentang kecintaannya kepada kami Ahlul Bait.” (Amali Syeikh Mufid, hal353)
Upah Nabi menjalankan risalah Allah Swt berfirman, “… Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan…” (QS. 42: 23)
Cinta Ahlul Bait adalah cinta Rasulullah Rasulullah Saw bersabda, “Cintailah Allah karena nikmat-nikmat yang dianugerahkan kepada kalian. Cintailah aku karena cinta kalian kepada Allah dan cintailah Ahlul Baitku karena cinta kalian kepadaku.” (Sunan Turmudzi, jilid 5, hal 664, hadis 3789)
Cinta Ahlul Bait dasar keimanan Rasulullah Saw bersabda, “Segala sesuatu ada dasarnya dan dasar keislaman adalah kecintaan kepadaku dan Ahlul Baitku.” (Kanz al-Ummal, jilid 12, hal 105, hadis 34206)

Menanamkan cinta kepada Ahlul Bait :

Kebaikan tertinggi Imam Ali as berkata, “Kebaikan tertinggi adalah mencintai kami Ahlul Bait dan keburukan tertinggi adalah membenci kami Ahlul Bait.” (Ghurar al-Hikam, jilid 1, hal 211, hadis 3363)
Pendidikan anak Rasulullah Saw bersabda, “Didiklah anak kalian dengan tiga hal; cinta kepada Nabi, cinta kepada Ahlul Bait dan membaca al-Quran.” (Kanz al-Ummal, jilid 16, hal 456, hadis 45409)
 Ibadah Rasulullah Saw bersabda, “Mencintai Ahlul Bait Nabi dalam sehari lebih baik dari beribadah selama setahun dan barangsiapa yang meninggal karenanya, niscaya dimasukkan ke dalam surga.” (Nur al-Abshar, hal 127. Al-Kafi, jilid 2, hal 46, hadis 3)

Tanda cinta kepada Ahlul Bait :

Cinta dibarengi amal Imam Ali as berkata, “Barangsiapa yang mencintai kami Ahlul Bait, maka hendaknya ia beramal dengan perbuatan kami dan bertakwa kepada Allah.” (Bihar al-Anwar, jilid 1, hal 92)
Cinta kepada pecinta Ahlul Bait Imam Ali as berkata, “Barangsiapa mencintai Allah, ia pasti mencintai Nabi dan barangsiapa yang mencintai Nabi, ia pasti mencintai kami Ahlul Bait dan barangsiapa yang mencintai kami Ahlul Bait, maka ia pasti mencintai Syiah kami.” (Tafsir Furat Kufi, hal 128)
Menyembunyikan cinta di hadapan musuh Imam Ali as berkata, “Kalian jangan memuji kami di hadapan musuh. Jangan juga menyatakan cinta kepada kami di hadapan orang yang tidak layak. Karena mereka tidak dapat menahan diri di hadapan cinta kalian yang berujung pada penghinaan dan gangguan terhadap kalian.” (al-Khishal, jilid 2, hal 628)
Siap menerima ujian Imam Ali as berkata, “Barangsiapa mencintai kami Ahlul Bait, maka hendaknya ia mempersiapkan kemiskinan sebagai pakaiannya.” (Nahjul Balaghah, Shubhi Shaleh, hikmah 112)
Berlepas tangan dari musuh Ahlul Bait Di banyak hadis disebutkan, “Bohong, orang yang mengaku mencintai kami Ahlul Bait, tapi tidak berlepas tangan dari musuh-musuh kami.” (Mustathrafat as-Sarair, hal 640)

Dampak dan berkah cinta Ahlul Bait :

Dikumpulkan bersama Ahlul Bait di Hari Kiamat Imam Ali as berkata, “Barangsiapa yang mencintai kami, maka ia akan bersama kami di Hari Kiamat. Bila ada seseorang yang mencintai batu, maka Allah akan mengumpulkannya bersama batu itu.” (Amali as-Shaduq, hal 209, majelis 37)
Surga tertinggi Imam Ali as berkata, “Ahli surga melihat rumah-rumah Syiah kami seperti manusia melihat bintang-bintang.” (Bihar al-Anwar, jilid 8, hal 148)

 Halangan mencintai Ahlul Bait :

Anak haram Imam Ali as berkata, “Bohong, siapa yang menyangka dirinya anak halal, sementara ia memusuhiku dan memusuhi anak-anak dari keturunanku.” (Amali as-Shaduq, hal 209)