Tafsir Surat Al-Hadid Ayat 4
5/31/2010 08:30:00 PM Posted In Risalah/Tafsir Edit This 0 Comments »Kalau pada ayat satu dan setelahnya Allah menjelaskan tentang dirinya, yang menciptakan bumi langit dan segala isinya, maha kuasa atas segala sesuatu, dan dialah yang awal dan akhir, yang dzohir dan batin dia tau segala-galanya, sekarang kita masuk kebagina kedua dari surat Al Hadid ini yaitu ayat empat sampai dengan ayat enam, juga masih menjelaskan tentang kemaha kuasaan Allah swt. Dibaliki itu banyak pesan-pesan yang berdampak langsung kepada kita yang akan membuat dekat kepada Allah, dan kita merasa diawasi dan diketahui Allah swt.
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian dia bersemayam di atas ´arsy dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. dan dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”
Sebagaimana kita ketahui Allah maha kuasa atas segala sesuatu, ketatapan Allah apabila dia menghendaki sesuatu maka dia katakana jadilah maka akan jadi, tanpa melalui proses yang panjang begitulah Allah yang maha kuasa atas segala sesuatu. Tapi, ketika Allah menjelaskan penciptaan langit dan bumi, disini dikatakan dalam enam hari/masa, timbul pertanyaan apakah Allah tidak sanggup melakukannya dalam sekejap?, padahal Allah maha kuasa. Isa yang tanpa bapak ketika Allah menghendakinya lahir, maka lahirlah, sampai karena tanpa bapak, orang nasrani menjadikannya tuhan, atau anak Tuhan. Kalau secara logika harusnya Adam yang tidak punya bapak dan ibu lebih pantas. Mengapa untuk penciptaan langit dan bumi fi sittati ayyam dan apa hikmahnya dibalik ini.
Hikmahnya adalah mengajarkan kepada manusia dalam proyek yang besar itu perlu ada pentahapan, dalam enam tahap dengan plening yang berkesinambungan, begitu Allah memerintahkan kepada kita untuk mengambil ibrah bagi orang yang berakal.
“Kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy”
Suatu kali Rasulullah pernah menggambarkan ‘Arsy dan kursinya Allah seperti yang dikatakan dalam ayat kursi. ‘Arsy bila dibandingkan dengan langit dan bumi, kalau langit dan bumi itu sebuah cincin, maka ‘arsy itu bagaikan padang pasir yang luas, begitulah perbandingan langit dan bumi dengan ‘arsy dan kursinya Allah.
Suatu kali Imam Malik ditanyakan tentang Allah bersemayam di ‘Arsy, dan beliau menjawab “kata istawa itu berarti berada atau duduk, kemudian kalau ditanyakan bagaimana itu, kita tidak perlu tau, karena memang Allah memberikan jangkauan ilmu kita terbatas, karenanya yang terbatas ini tidak mungkin mencapai yang tidak terbaatas, cuma kita sebagai muslim harus beriman tentang bersemayamnya Allah di ‘Arsy.
“Dia mengetahui apa yang masuk kedalam bumi dan apa yang keluar dari padanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadaNya ”
Kalau diayat satu dikatakan bahwa Allah maha perkasa dan maha bijaksana, diayat dua dikatakan yang memiliki segalanya, ayat ke empat ditekankan lagi dialah yang menciptakan segalanya, sangat wajar kemudian dia tau ciptaannya. Dia tau apa saja yang masuk kebumi, bisa air, akar, bias juga jenazah yang masuk kebumi, didalam ayat lain dikatakan, dia juga tau tentang kadarnya, juga segala yang ada diperut bumi.
Ibnu Katsir menyatakan Allah tau segala air yang masuk kebumi dan segala biji-bijian yang tertimbun dan apa saja yang keluar, barangkali kita tidak banyak tau berapa emas diIrian Jaya berapa banyaknya. Tumbuhan atau tanamanya, disebutkan diayat lain “dialah yang mempunyai kunci segala yang baik, dia tau yang ada didaratan dan dilautan, tidak ada daun yang jatuh kecuali Allah tau,” kapan dari pohon apa? Dimana?, tidak ada satu pun benih yang ditimbun ditanah yang gelap, tidak ada yang basah dan kering kecuali sudah ditetapkan.
Dia tau yang turun dari langit, apa itu rejeki, meteor, dari atas langit rejeki itu, hujan, embun, air, salju es, termasuk ketetapan Allah sendiri qodo dan qodar. sehingga seharusnya ketidakberdayaan menyelesaikan banjir itu perlu komunikasi kita dengan Allah ditingkatkan. Kata Ibnu Katsir ketika air hujan itu turun dia dikawal oleh malaikat yang telah Allah tetapkan dimana turunnya, dia Allah yg maha kuasa tentang itu.
“Apa yang naik kelangit”. Apakah berupa uap atau amal perbuatan kita. Ada malaikat yg menemani kita malam dan siang, Malaikat malam naik kelangit ketika waktu subuh dan Malaikat siang naik kelangit pada waktu ashar, makanya ashar dan subuh itu bagusnya berjama’ah dan diawal waktu. Dan ketika sampai di langit malaikat itu dipanggil dan ditanya oleh Allah, padahal Allah tau. Kata petugas malam saya datang ashar dilagi sholat, dan saya berangkat subuh dilagi sholat, Malaikat ketemu waktu itu, kalau kita shalatnya di awal waktu seperti itu. Tapi kalau subuhnya kesiangan asharnya kesorean tidak begitu jawabannya dia naik setiap hari.
Dan yang pekanan itu senin dan kamis, itulah sebabnya Rasulullah bersabda ketika ditanya tentang puasa sunnah senin dan kamis “aku melakkukannya agar laporan ada plusnya, bahwa ketika amal itu diangkat saya sedang berpuasa” bahkan disebutkan bahwa amal-amal sholeh itu Allah angkat terus keatas. Ada sebuah hadits yg mengatakan “amal perbuatan kita yang dimalam Allah angkat sebelum siang, amal kita disiang hari Allah angkat sebelum malam”.
“Dan Dia bersamamu dimana saja kamu berada”
Ini yang disebut maiyatul ilm, (kebersamaan Allah dalam artian pengetahuan Allah) kemaha tahuan Allah, berlaku untuk semua manusia. Dalam artian pengetahuan Allah tidak lepas dari siapapun ada lagi maiyatun nasr, seperti dijelaskan dalam surat Attaubah 36, diujungnya ma’a itu artinya perlindungan, pertolongan dan kemenangan. Kalau orang mukmin itu maiyatul khossoh, tapi kalau untuk maiyatul Ammah itu maiyatul Ilm, dan dalam ayat ini adalah maiyatul ilm.
“dan Allah maha melihat apa saja yang kamu kerjakan”
Ibnu Katsir berkata “Allah selalu menyaksikan apa yang kamu lakkuan dimanapun kamu berada Allah tau, apakah anda berada didarat atau dialaut, dimalam hari yang gelap atau disiang hari yang terang, diruman atau ditanah lapang, Dia dengar ucapan kamu, Dia tau yang kamu nampakan dan Dia tau yang kamu sembunyikan, diayat lain disebutkan “Dan Allah maha tau samapai yang ada dilubuk hati kita,” ayat seperti ini perlu kita wiridkan, karena penyakit manusia itu pelupa, agar bisa mengntisipasi lupa ini perlu sering-sering kita ingat, caranya dengan membaca ayat seperti ini. Begitulah juga ayat kursi yang menerangkan sepuluh prinsif, kalau kita ingat ayat ini tidak ada lagi kemalasan, tapi disamping kita baca perlu juga kecerdasan dan kesadaran.
Ada sebuah kisah ulama memiliki murid banyak, ada seorang murid yang masih muda dan paling disayang, murid-murid yang tua itu minta bukti kenapa yang muda itu diberlakukan secara khusus. Maka suatu waktu dia mengumumkan kompetisi kepada semua muridnya, mereka disuruh membawa pisau dan burung dara, setelah semuanya membawa burung dara dan pisau termasuk murid yang muda itu. Dia berkata “Sekarang kalian pergilah ketempat yang tidak dilihat oleh siapapun lalu sembelihlah burungnya, setelah itu kembalilah ke sini,” setelah ditunggu sekian lama mereka datang, ternyata semuanya burungnya sudah disembelih kecuali yang muda tadi, ketika ditanya kenapa belum disembelih dia berkata “Saya tidak bisa meneymbelihnya karena saya tidak menemukan temapat yang tidak dilihat Allah”. Disamping pemahaman perlu penghayatan, banyak orang tidak mau melakaukan penyimpangna karena dilihat manusia, tapi tidak takut ketika dilihat Allah.
0 komentar:
Posting Komentar