Hari-harimu engkau lewati begitu saja, sesaat demi sesaat. Semua berlalu begitu cepatnya. Begitulah. Dirimu berpindah dari pagi ke petang, dan dari petang hingga pagi kembali. Apakah engkau pernah bermuhasabah (introspeksi) terhadap dirimu sendiri pada suatu hari? Sehingga engkau bisa melihat lembaran-lembaran harimu, dengan amal apa engkau membukanya dan dengan amal apa pula engkau menutupnya?
Bakr Al Muzni berkata, “Tidak ada satu haripun yang dikeluarkan oleh Allah ke dunia, kecuali berkata, `Wahai anak Adam, manfaatkanlah aku. Karena mungkin saja tidak ada hari lagi buatmu setelahku`. Dan tidaklah ada malam, kecuai berseru,`Wahai anak Adam, manfaatkanlah aku. Karena mungkin saja tidak ada malam lagi bagimu setelah aku`.”
Maka telah berapa banyak hari yang engkau lewati. Berapa banyak umur telah engkau lalui. Namun, teramat sedikit orang yang mau bermuhasabah terhadap dirinya. Dan sedikit sekali orang yang mau mengetuk jiwanya dengan cemeti muhasabah. Mereka menjalani hari-harinya dalam kelalaian dan panjang angan-angan yang tak ada faidahnya.
Ketika fajar menampakkan benang-benang cahayanya, engkau saksikan, kebanyakan manusia menyambut hari-harinya dengan niat yang tidak benar. Setelah berlalunya siang dan berganti malam, engkau bisa saksikan, mereka kembali ke peraduan mereka dengan niat seperti itu pula.
Saudaraku … muslim,
Matahari senantiasa terbit dan tenggelam. Tetapi apakah engkau telah menghisab dirimu sendiri pada suatu hari? “Amal shalih apakah yang hendak kuperbuat ? Amal apakah yang akan aku hadirkan untuk hari ini?
Memang benar, umumnya manusia tidak pandai dalam mengatur hari-hari mereka. Padahal … dirimu wahai anak Adam, akan senantiasa dihitung dan ditulis pada hari-hari itu. “Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata,”Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang juapun.” (QS Al Kahfi : 49).
Dan berfirman Allah Ta’ala, yang artinya: “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al Infithar : 10-12).
Maka jiwa-jiwa akan dihisab, amal-amal akan ditulis. Dan seandainya orang yang lalai itu sadar, sungguh mereka akan memelihara diri dan menjaganya dari jalan kebinasaan. Namun sedikit sekali orang yang sadar, sedikit sekali orang yang memperhatikan jalan itu.
Sebagian orang yang bijak berkata, “Jika seseorang memasuki waktu pagi, hendaklah ia berniat dengan empat perkara. Pertama, melaksanakan yang diperintahkan Allah. Kedua, menjauhi laranganNya. Ketiga, inshaf (berbuat adil) terhadap orang yang ada diantara mereka, dan dalam bermu`alamahnya. Keempat, ishlah (memperbaiki hubungan) antara ia dengan musuh-musuhnya. Apabila ia berada di atas niat ini, maka aku berharap ia termasuk orang yang shalih dan beruntung.”
Maka perhatikanlah wahai orang-orang yang berakal, hisablah dirimu ! Apakah engkau termasuk jenis ini? Jika ya, perbanyaklah pujian kepada Allah dan mohonlah tambahan fadhilah serta istiqamah di atas petunjukNya. Tetapi, jika engkau tidak termasuk jenis ini, kembalilah ke jalan itu sebelum waktunya lewat. Berlapanglah untuk memperbaiki dirimu, dan mintalah taufiq kepadaNya menuju jalan kebahagiaan.
Wahai orang yang lalai dari hari-harinya. Ketahuilah, bahwa dirimu tidak akan di campakkan! Wahai orang yang suka berbuat sia-sia, ketahuilah, dirimu akan dihitung tentang semua amalanmu! Tidak akan berlalu waktu pagi, kecuali ia mengajak dirimu menuju Rabbmu .
Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda,“Tidaklah terbit matahari, kecuali diutus dua malaikat pada kedua sisinya. Keduanya memperdengarkan kepada penduduk bumi, kecuali tsaqalain (manusia dan jin), “Wahai sekalian manusia, marilah menuju kepada Rabb kalian. Sesungguhnya sedikit dan cukup lebih baik daripada banyak namun melalaikan.” Dan tidaklah matahari itu terbenam, kecuali diutus dua malaikat pada kedua sisinya. Mereka berkata,”Ya Allah percepatlah untuk orang yang berinfaq gantinya, dan percepatlah untuk orang yang bakhil kehancurannya” (HR Imam Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al Hakim; Shahih Targhib susunan Syaikh Al Albani ).
Sungguh kasihan bagi orang-orang yang telah berlalu hari-hari mereka dengan sia-sia, tidak berada dalam ketaatan kepada Allah . Terbitnya matahari di tengah hari-hari mereka, disambutnya dengan perbuatan maksiat. Ketika tenggelamnya ditutup pula dengan kemaksiatan. Ketahuilah ! Umurmu tidak lain hanyalah hari-harimu saja. Maka, ketika maut datang menjadi terputuslah hari-harimu.
Ingatlah kematian setiap pagi dan petang hari,
Dan peliharalah waktumu yang teramat pendek
Taruhlah engkau telah mendapatkan semua yanng di bumi
Maka adakah setelah selain kematian ?
Daud At Thay berkata, “Sesungguhnya malam dan siang hanya marhalah-marhalah (tahapan). Manusia menempuhnya, marhalah demi marhalah. Sehingga hal seperti itu akan berhenti di akhir safar mereka. Jika engkau mampu mengetengahkan bekal pada setiap marhalah, maka kerjakanlah. Sesungguhnya terputusnya safar adalah suatu yang amat dekat. Dan urusan itu bisa lebih cepat. Maka, berbekallah untuk safarmu …
Saudaraku … muslim,
Begitulah perkataan orang-orang shalih yang sadar terhadap hari-harinya. Mereka ingin sekali menghabiskan waktunya dalam ketaatan kepada Allah. Maka, sepatutnya bagi orang yang berakal untuk menghisab dirinya, mengarahkannya menuju jalan ketaatan untuk menyongsong hari-harinya yang baru.
Adapun thariqah (methode) muhasabah, sebagaimana dikatakan oleh Al Mawardi , “Hendaklah seseorang memperhatikan pada malam hari terhadap apa yang telah ia kerjakan pada siang harinya. Karena malam lebih bisa memberi peringatan dan lebih memunkinkan untuk konsentrasi. Seandainya perbuatannya itu terpuji, maka ia bisa menyetujui dan bisa mengikutinya lagi dengan hal-hal yang dapat menghiasinya. Sebaliknya, apabila perbuatannya tercela, ia bisa mengetahuinya dan bisa mengakhiri di masa mendatang.”
Saudaraku … muslim,
Orang-orang shalih selalu bermuhasabah terhadap dirinya. Tidak akan terlewat waktu-waktu mereka dengan percuma. Tidak akan berlalu umur mereka, kecuali dalam ketaatan. Maka, jangan sampai engkau kecolongan wahai orang-orang yang berakal. Sesungguhnya hari-harimu itu dianggap sebagai ghanimah, maka seharus engkau mensyukurinya. Sebagaimana perkataan Sa`id bin Jubair , “Setiap hari yang dilalui oleh seorang mukmin adalah ghanimah.”
Memang benar, karena hal itu merupakan kesempatan untuk menambah kebaikan, menabung amal-amal shalih, serta merupakan kesempatan untuk bertaubat dan kembali kepada Allah. Namun sedikit sekali orang yang memahami hal ini, dan mau memanfaatkan waktu-waktu mereka. Bahkan umumnya mereka menghabiskan umur dan hari-hari mereka dalam kelalaian dan kesia-siaan. Dunia berserta mimpi-mimpinya telah melalaikan mereka. Dan keindahan dunia, telah menghalangi mereka dari jalan petunjuk. Sementara itu, syetan terus memperpanjang khayalan-khayalan mereka. Allah berfirman: “Syetan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka” (QS. Muhammad : 25)
Hasan Al Bashri berkata, “Dia (syetan) menghiasi kesalahan dan memanjangkan angan-angan bagi mereka.”
Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Yang akan terlahir karena banyaknya berangan-angan adalah kemalasan menjalankan ketaatan, menunda-nunda taubat, ambisi terhadap dunia, lupa akhirat, serta mengeraskan hati. Karena kelembutan dan kejernihan hati terbentuk hanyalah dengan mengingat kematian, alam kubur, pahala, dosa dan dahsyatnya hari kiamat.”
Sesungguhnya orang-orang yang berakal akan menjadikan hari-harinya ladang untuk akhirat. Dia akan menanam, mengairi dan mengolahnya dengan amal-amal shalih, sehingga bisa memetik hasilnya di kemudian hari, yaitu pada saat manusia hanya mendapatkan kebaikan atau keburukan yang pernah ia kerjakan. Rasulullahshalallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara. Masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum tiba masa sakitmu, kayamu sebelum tiba masa fakirmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan hidupmu sebelum masa matimu” (Riwayat Al Hakim, Shahih Thargib Al Albani, 3355).
Saudaraku muslim …
Apa yang telah engkau persiapkan untuk suatu hari; yang engkau akan disendirikan di dalam kuburmu? Apakah dirimu termasuk orang-orang yang terlalaikan oleh angan-angan kosong, ataukah termasuk orang yang memperhatikan hari esok?
Sesungguhnya orang yang yang mendapatkan taufik ialah orang yang bisa memanfaatkan hari-harinya. Sedangkan orang yang benar-benar celaka ialah orang yang menyia-nyiakan hari-harinya. Adakah orang yang lebih celaka daripada orang yang diberikan panjang umur kemudian menghadap Rabbnya dengan membawa sedikit kebaikan ? maka sadarlah, hai orang-orang yang lalai.
Ketahuilah ! Bahwa dalam hari-harimu ada kesempatan. Maka, manfaatkanlah dan jangan engkau menunda-nunda kebaikan hingga hari esok. Jika kemarin engkau berbuat dosa, maka, lipatgandakanlah kebaikan, niscaya engkau akan terpuji. Jika engkau manfaatkan hari-harimu, maka faidahnya akan kembali kepadamu. Hari kemarin telah berlalu, tak mungkin akan kembali. Janganlah engkau menunda-nunda kebaikan hingga esok. Mungkin hari esok akan hadir, namun engkau telah tiada
Wahai orang-orang yang menjadikan hari-harinya sebagai tunggangan syahwat belaka, sadarlah … dan ketahuilah! Bahwa umur meski terasa panjang, namun hari-harimu senantiasa menggerogoti dan tidak ada setelah itu, kecuali kematian. Maka bersegeralah bermuhasabah diri dan camkanlah!
Sesungguhnya, dunia merupakan tempat tipuan. Tidaklah ada yang mempercayainya kecuali orang jahil dan lalai.
Maka jika memasuki waktu pagi, mulailah dengan berdzikir kepada Allah , sebagaimana diajarkan Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam :“Segala puji bagi Allah yang telah membangunkan kami setelah Dia mematikan kami, dan hanya kepadaNya kami kembali.” (HR Bukhari).
Songsonglah hari-harimu dengan niat yang benar, berazam (bertekad) berbuat taat, menjauhi maksiat dan tidak lupa meminta kepada Allah taufikNya menuju keridlaanNya. Janganlah dirimu melupakan dzikir kepada Allah, dan janganlah ada hari yang berlalu tanpa dzikrullah. Laksanakanlah perintah-perintah Allah yang telah diwajibkan kepadamu, terutama shalat lima waktu ketika muadzin memanggilmu. Tahanlah sifat yang merugikan kaum muslimin. Berikanlah kasih-sayang kepada orang-orang lemah dan ajarilah orang yang tidak mengetahui. Tersenyumlah di hadapan kaum muslimin. Karena itu merupakan shadaqah. Jadikanlah dirimu sebagi orang yang suka memberi nasihat di hadapan muslimin, dan jangan melalaikan mereka.
Cintailah kebaikan pada kaum muslimin, sebagaimana engkau mencintai kebaikan untuk dirimu sendiri. Janganlah meremehkan amal kebaikan, meskipun hal itu remeh menurutmu. Janganlah engkau membiarkan berlalu satu kesempatan pun untuk bertaqarrub kepada Allah, kecuali engkau memanfaatkannya. Bersemangatlah memperbanyak mengintai kebaikan, sebagaimana engkau bersemangat mengintai harta dunia. Jauhilah tempat-tempat syubhat (merugikan), dan menjauhlah dengan membawa agamamu, sehingga engkau tidak akan terkoyak dengan syubhat itu. Jauhkanlah dirimu dari segala sesuatu yang bisa menyeretmu ke dalam kemaksiatan kepada Allah, atau yang dapat mendekatkan dirimu ke dalam maksiat. Berniatlah selalu untuk berbuat kebaikan dan menjauhi yang haram. Ketahuilah, bahwa di dalam niat berbuat baik terdapat balasan dan pahala.
Saudaraku… … muslim,
Sesungguhya pintu-pintu kebaikan teramat banyak, tak terhitung. Dan orang yang mendapat taufik ialah yang menjadikan hari-harinya sebagai hari-hari penuh kebahagiaan, berusaha dengan keras berbuat ketaatan dan kebaikan. Berbekallah wahai saudaraku, untuk hari akhiratmu! Janganlah masuk dalam lembaranmu, kecuali yang bisa membahagiakanmu kelak ketika engkau saksikan. Mulailah hari-harimu dengan kebaikan dan tutuplah dengan kebaikan juga.
Semoga yang sedikit ini bermanfaat untuk para pembaca yang budiman. Dan semoga kita selalu mendapatkan taufik dan hidayah Allah . Amin.
(Dinukil dari: kitab Kaifa Tastaqbilu Yaumaka, Karya Syaikh Azhari Ahmad Mahmud)