Kisah Seorang Ayah dan Anak

3/22/2011 08:31:00 PM Posted In Edit This 0 Comments »
Suatu hari ada seorang ayah bersama anaknya menunggangi seekor keledai untuk pulang bersama menuju rumah. perjalanan mereka ini cukup jauh, sebab mereka harus melintasi beberapa kota.

Kota Pertama
Mereka bertiga melintasi kota pertama dengan ayah dan anak bersama menunggangi seekor keledai.
Berkata salah satu penduduk setempat: "Hei apakah ayah dan anak itu tidak merasa kasihan dengan keledainya?! keledai itu ditumpangi dua orang. Lihat betapa lelahnya keledai itu."
Mendengar perkataan-perkataan penduduk setempat itu membuat ayah dan anak ini berpikir. maka kemudian mereka merubah posisi. sang ayah berjalan dan sang anak duduk di atas keledai.

Kota Kedua
Mereka melintasi kota kedua dengan ayah berjalan dan sang anak duduk di atas kuda.
Berkata penduduk di kota kedua: "Hei, lihat.. Durhaka sekali anak itu, membiarkan ayahnya berjalan sedangkan anak itu dengan nyaman duduk di atas keledai"
Kemudian sang ayah dan anak ini bereaksi kembali atas ucapan-ucapan penduduk setempat. Mereka kembali merubah posisi, sang ayah kini berada di atas keledai, dan sang anak berjalan.

Kota Ketiga
Berkata penduduk di kota ketiga: " hei, lihat... orang tua itu tidak tahu malu, membiarkan anaknya berjalan sedangkan ia duduk dengan nyaman di atas keledai"
Ya seperti yang kita pikirkan maka mereka kembali merubah posisi, kini ayah dan anak itu tidak menaiki keledainya.

Kota Keempat
Berkata penduduk di kota keempat: " hei, lihat.. betapa bodohnya ayah dan anak ini. mereka memiliki keledai tetapi tidak ditungganginya"



Hikmah:
1. di setiap kota, memiliki nilai kebenarannya masing-masing, kita harus mengakui bahwa kebenaran manusia itu tidak bersifat mutlak, begitu banyak perbedaan yang kerap terjadi dalam kehidupan . jadi kita tidak boleh langsung menyalahkan sesuatu yang bersifat non-mutlak ini. kita harus berpikir panjang untuk menyatukan ide kebenaran menjadi kebenaran yg diyakini bersama. kebenaran mutlak hanya dimiliki oleh Allah SWT dan Allah SWT telah memberi rambu-rambu khusus dalam menyikapi perbedaan.
2. Terkadang kita tidak perlu memperdulikan orang lain jika kita sudah yakin akan diri kita sendiri. memang pendapat orang lain perlu kita dengarkan namun bukan berarti setiap pendapat membuat kita berubah tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.

0 komentar: