Akhlakul Karimah

10/17/2009 04:25:00 PM Posted In Edit This 0 Comments »

Pengertian Akhlak
Secara bahasa kata akhlak jamak dari khuluqin yang diartikan tabiat, kebiasaan, adab.
Sedangkan secara istilah adalah sifat yang mantap di dalam diri yang membuat perbuatan yang dilakukannya baik atau buruk, bagus atau jelek.

Oleh karenanya, apabila amal dan pikiran seseorang sholeh (baik) maka sholeh pula diri dan akhlaknya, dan sebaliknya apabila amal dan pikirannya rusak maka rusak pula dirinya akhlaknya.

Nabi bersabda :( alaa wainna fil jasadi mudzzghotan idzaa soluhat soluha jasada kulluh wa idza fasadat fasadaljasadu kulluh wahiya alqolbu)
Adapun Akhlak memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam, karena Allah SWT memuji Nabi s.a.w karena akhlaknya yang hasan. Allah berfirman : (wainnaka la'alaa khuluqin 'adzim)(Alqolam: 4)

(walaa tastawi alhasanatu walaa assayiatu idfang billati hiya ahsanu faidza aldzi bainaka wa bainahu 'adawatan ka annahu waliyun hamimun)( Fushilat:34)

Dan sungguh Allah Mengutus Muhammad s.a.w tidak lain untuk menyempurnakan akhlak. Nabi Muhammad s.a.w telah bersabda;(innamaa bu'ist tu liutammima makaarima alakhlakqi)(riwayat Bukhori dan muslim)
MEMBANGUN AKHLAK DENGAN KONSEP 7B.
Konsep 7B yang dimaksud adalah :
a. Beribadah Dengan Benar. Awali setiap peker-jaan dengan suatu niat yang baik yaitu hanya un-tuk memperoleh keridhoan Allah Ta'ala semata. Hal itu merupakan suatu ibadah dengan benar. Beribadah dengan benar akan membuat sese-orang semakin tawadhu, hati rnenjadi tentram dan kehidupan akan seimbang. Hidup tanpa ibadah bagaikan bangunan tanpa fondasi. Maka segala sesuatu yang akan dilakukan hendaknya berda-sarkan pada ibadah yang tujuannya untuk mem-peroleh keridhoan dan kasih sayang Allah SWT.
b. Bertaqwa Dengan Baik. Selaku manusia yang beragama haruslah menjalankan syariatnya de-ngan baik. Untuk dapat menjalankan syariat de-ngan baik tentu harus dibarengi dengan iman. Iman seseorang dapat dikatakan berkualitas, jika ia dapat bertaqwa dengan baik. Dengan iman dan taqwa yang baik segala perbuatannya akan senantiasa ber-dasarkan kepa-da syariat aga-ma dan tidak akan merugikan mahluk ciptaan Allah yang lain.
c. Belajar Tia-da Henti. Ibadah benar dan akh-lak baik belum-lah cukup jika tidak didukung upaya belajar dari kita. Belajar merupakan sua-tu kebutuhan bahkan kewa-jiban. Sebagai-mana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an "Aku senantiasa me-ningkatkan de-rajat beberapa tingkat bagi me-reka yang berilmu". Demikian pula sabda Nabi Muhammad SAW, "Tuntutlah ilmu mulai dari buai-an sampai liang lahat" dan "Tuntutlah ilmu walau-pun sampai negeri Cina". Dari hari ke hari ma-salah, potensi konflik, dan kebutuhan kita akan terus bertambah. Bagaimana mungkin kita mam-pu menyikapi masalah tersebut dengan ilmu se-adanya tanpa ada peningkatan kualitas dan kuantitas?
Ciri orang yang sungguh-sungguh dalam men-capai kesuksesan adalah mau belajar tiada henti dan memperoleh ilmu baik ilmu dunia maupun ilmu akherat.
d. Bekerja Keras dengan Cerdas dan ikhlas. Kita harus menanamkan standar pada diri kita, yaitu bekerja optimal dengan pemikiran yang cerdas. Ada orang yang bekerja dengan keras tapi kurang menggunakan akalnya, akibatnya dia hanya men-jadi pekerja keras saja tanpa ada kemajuan.
e. Bersahaja Dalam Hidup. Seorang pekerja ke-ras seringkali terpuruk karena ketidakbersaha-jaannya dalam hidup. Dia boros, senang berme-gah-megah, sehingga mudah terpedaya dan ter-tipu orang lain. Lain halnya jika dia bersahaja. Kemampuan keuangan kita lebih tinggi diban-dingkan kebutuhan kita. Kita jadi orang yang gemar menabung, bersedekah, dan investasi untuk masa mendatang yang bermanfaat bagi diri kita maupun generasi mendatang. Inilah budaya yang harus kita ajarkan ke masyarakat kita saat ini. Budaya kita bukanlah budaya yang banyak memiliki banyak ba-rang, tetapi budaya yang selalu memiliki nilai tam-bah dari segala yang kita miliki.
f. Bantu sesama. Salah satu alat ukur kesukses-an adalah dilihat dari kemampuan kita memba-ngun diri dan orang lain, misalnya dengan mem-buka lapangan kerja sebanyak mungkin. Kelebihan yang kita miliki digunakan untuk memajukan sanak saudara, tetangga, teman, pembantu, dan siapa saja yang mau maju dan membutuhkan. Jika an-tara orang yang membantu dan orang yang di-bantu memiliki kesamaan tata nilai, ibadah benar; taqwa baik, belajar tiada henti, serta kerja keras dengan cerdas dan ikhlas, maka apa yang telah dihasilkan oleh keduanya akan digunakan untuk menolong saudaranya. Dengan demikian terjadi-lah sebuah sinergi yang harmonis dalam kehidup-an bernegara.
g. Bersihkan hati selalu. Untuk apa kita harus se-lalu membersihkan hati? Apa yang kita lakukan, dari B yang pertama hingga B yang keenam jika tidak diiringi dengan selalu membersihkan hati, maka dikhawatirkan akan timbul ujub atau bahkan yang lebih besar lagi yaitu takabur. Jika semuanya menjadikan kita ujub, maka sia-sialah apa yang telah dilakukan. Allah tidak akan menerima amal seseorang kecuali ada keihkhlasan didalamnya. Kita tidak perlu merasa paling bisa, berjasa, dan paling mulia karena semuanya adalah karunia Allah semata. Kita harus bersyukur diberikan jalan kesuksesan atau kemudahan bagi orang lain oleh Allah. Inilah orang yang akan sukses karena tidak ada dalam dirinya rasa ujub dan sikap takabur dengan segala prestasi yang diraihnya. Apalah ar-tinya kita mendapat banyak hal bila kita tidak men-dapat ridho dari Allah karena kesombongan kita.
Jika kita laksanakan tujuh langkah dan rumus ini maka akan menjadi mantap upaya pencapaian tujuan dalam membangun bangsa ini. Bagaimana bisa keluar dari krisis jika, misal, akhlak kita kurang baik? Maukah kita membeli kebutuhan bulanan kita kepada penjual yang akhlaknya jelek? Maukah kita melihat para pemimpin kita yang buruk akh-laknya? Maukah kita mendapat pasangan hidup yang cantik tapi akhlaknya jelek? Pastinya kita ti-dak menginginkan semua itu. Berarti ada celah kegagalan dalam diri kita.
Bagaimana jika kita tidak suka belajar? Suatu saat nanti kita akan dihadapkan pada suatu masa-lah mentok, maksudnya adalah tidak memiliki jalan keluar karena ilmu kita kurang.
Bagaimana jika kita tidak suka kerja keras de-ngan cerdas dan ikhlas? Kita pun tahu bahwa se-gala sesuatu yang dilakukan tanpa kesungguhan maka hasilnya pun kurang maksimal.
Untuk itulah rumus 7B ini didesain menjadi sa-tu kesatuan untuk meminimalisasi keterpurukan.
Kita harus sama-sama belajar menetapkan kiat ini dalam diri kita dan keluarga. Jika sedikit demi sedikit upaya yang kita lakukan telah mem-buahkan hasil, maka kita jangan sampai hanya jadi jago kandang saja. Kita harus berani me-nerapkannya diluar lingkungan keluarga kita.
Jangan takut dengan lingkungan kita jika pon-dasi kita sudah kuat. Sebetulnya kita tidak boleh sama sekali gentar dengan situasi diluar. Yang merusak kita itu sebetulnya bukan luar, tapi me-mang apa yang ada di dalam din kita. Kalau kita sudah mendesain diri dan terus melakukan pe-nguatan diri, maka kita tidak bisa memaksa ling-kungan agar sesuai dengan keinginan kita. Yang bisa kita paksa adalah menyikapi situasi di luar dengan sikap terbaik kita.
ltulah sebabnya ada B yang pertama. Kalau ibadah kita bagus, maka akibatnya adalah iman kita akan kuat dan lebih stabil menghadapi situasi apapun. ltulah sebabnya ada B kedua, yaitu ber-taqwa yang bagus. Dan itulah sebabnya ada B yang ketiga, keempat, kelima, keenam dan ke-tujuh. Mudah-mudahan semua kita ini dapat men-jadi solusi bagi setiap permasalahan dalam diri, keluarga dan lingkungan sekitar, atau bahkan bangsa Indonesia.
Cara Mensosialisasikan Konsep 7B.
Kiat sukses membangun akhlak mulia dengan konsep 7B ini memang harus disosialisasikan ter-lebih dahulu. Tapi ada prioritas utama yang harus dilakukan, yaitu 7B ini memang harus benar-benar diamalkan terlebih dahulu oleh para pimpinan bangsa ini. Inilah cara pertama untuk mensosial-isasikannya, karena masyarakat Indonesia meru-pakan rakyat paternalistik.
7B adalah sebuah konsep. Adapun konsep ini memang harus disosialisasikan pada masyarakat luas. Merupakan sebuah kegagalan pertama da-lam mensosialisasikan konsep, yaitu ketika kon-sep tersebut baru menjadi makanan otak (gagas-an/ide) dan belum menjadi makanan dan seluruh struktur fisik, pikiran, maupun hati seseorang.
Jika kita menginginkan suatu perubahan, maka kita harus tahu dan punya kuncinya. Ada 4 kunci perubahan.
Pertama : Suri Teladan. Kita selaku pimpinan tidak perlu menyuruh orang lain untuk berubah, tetapi kita harus menjadi motor perubahan. Kita-lah yang pertama kali merubah diri kita menjadi semakin baik. Krisis terbesar bangsa ini adalah kurang memiliki figur suri teladan.
Kita tidak tahu akan meniru siapa. Sepertinya tidak ada seorang pun yang pantas untuk ditiru. Jika sudah sampai pada kondisi demikian sung-guh sangat bahaya. Orang-orang akan kehilangan arah karena bingung harus melakukan apa. Yang kita butuhkan sekarang adalah bukan berlomba-lomba memamerkan kekayaan, tapi berlomba-lomba menjadi suri teladan. Suri teladan ahli iba-dah, ahli taqwa, ahli belajar, ahli kerja, ahli ber-sahaja, ahli menolong orang, dan ahli mensuci-kan diri.
Kedua adalah menggunakan media komuni-kasi dengan baik. Baik pemilik media maupun pe-nikmat media harus tahu cara penggunaannya dengan benar. Jangan sampai media komunikasi yang netral ini menjadi bingung bahkan madharat bagi banyak orang. Pemilik media komunikasi ha-rus bersikap netral, tidak menyudutkan pihak ter-tentu. Bagi penikmat media komunikasi harus pandai-pandai mencerna dan mau mawas diri.
Ketiga : Kompak. Semua komponen bangsa baik dilembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif, ilmuwan, pengusaha, tokoh-tokoh agama dan to-koh-tokoh masyarakat serta seluruh aparat kea-manan harus saling bahu membahu mewujudkan perubahan. Harus kompak Jika tidak, maka akan terjadi ketidakseimbangan bahkan kebingungan. Seandainya seorang anak diajarkan untuk mela-kukan kebaikan di dalam rumah sementara pen-didik di sekolahnya melarang, maka si anak akan bingung. Inilah pentingnva kekompakan.
Keempat : lstiqomah. Perlu adanya upaya pe-meliharaan yang terus menerus dalam mewu-judkan suatu perubahan agar terus berkesinam-bungan. Jika perubahan itu hanya terjadi dalam seminggu atau sebulan, lalu apa yang akan terjadi pada bulan berikutnya? Oleh karena itu, kita perlu istiqomah dalam mensosialisasikan konsep 7B ini jika ingin berhasil. Dengan adanya perubahan akhlak dari yang jelek menjadi mulia, mudah-mudahan akan memberikan manfaat bagi bangsa ini keluar dan krisis vang berkepanjangan.
Tidak pernah ada kata terlambat untuk mem-perbaiki diri. Kesempatan kita hidup di dunia hanya sekali. Cita-cita kita adalah mempersembahkan yang terbaik, yaitu bermakna bagi dunia dan berarti bagi akhirat nanti. Wallahu a'lam.©

0 komentar: