MERAIH KESEMPATAN

5/15/2010 09:28:00 PM Posted In Edit This 0 Comments »

Kalimat seperti ‘seandainya’ dan semacamnya, adalah ungkapan yang bernada lamunan dan itu sudah lazim kita dengar. ini juga pertanda keterbatasan manusia dalam menghadapi persoalan hidup. Lamunan merupakan naluri bawaan setiap manusia, sejak kanak-kanak sudah terbiasa melambungkan angan-angannya yang selanjutnya dikembangkan di usia tuanya. Memang, idealnya hidup itu harus bervisi agar jelas arah, kemudian dilengkapi dengan misi serta difaktualjanplikasikan. Visi dan misi jelas tetapi kalau pelaksanaannya tidak terwujud akhirnya hanya membuahkan hayalan belaka.

Keberhasilan meraih kesuksesan sangat tergantung dari pemilihan waktu yang tepat untuk meraihnya, karena kesempatan tidak datang setiap saat. Pandai-pandai merengkuh kesempatan merupakan kunci meminimalisirkan timbulnya perasaan kecewa yang berujung pada lamunan. Perasaan terlambat atau gagal dalam me-manage waktu telah banyak dicontohkan dalam Al-qur’an dan hadist, agar manusia merasa terpanggil untuk tidak mengulangi hal serupa. Misalnya dalam sebuah hadist dikatakan : “seandainya aku ditakdirkan hidup sekali lagi, pasti aku akan taat pada perintah Allah SWT dan tidak akan melanggar laranganNya, kalau tahu betapa pedihnya siksa di alam kubur”. Yang namanya lamunan, ada yang masuk akal ada yang tidak seperti yang diijelaskan dalam An- Naba 40 “alangkah bahagianya aku, seandainya aku dulu adalah tanah”.

Al-qur’an memberikan gambaran secara global, sehingga setiap kehidupan manusia tidak bisa lepas dari ungkapan penyesalan-penyesalan seperti itu, hal ini juga dialami oleh Albert Einstain dimana ia pernah mengatakan : “seandainya aku ditakdirkan hidup sekali lagi, maka aku tidak akan memilih menjadi seorang sarjana, tetapi lebih memilih sebagai tukang pengasuh pisau (grinder), yang hidupnya lebih berbahagia, karena tidak dibebani dengan masalah-masalah berat yang tak terpecahkan”. Penyesalan mengindikasikan bahwa diri manusia selalu diliputi ketidakberdayaan, dan merupakan makhluk yang serba terbatas.

Perasaan menyesal akan berdampak positif, bila saja diikuti dengan perbuatan nyata yang dapat membalikkan keadaan, dari langkah yang keliru ke langkah yang benar. Sehingga rasa kecewanya dapat membuahkan kebaikan bagi kehidupan selanjutnya. Tetapi sebaliknya, kalau hanya sebatas kata-kata tanpa ada usaha memperbaiki diri, maka penyesalan abadi yang akan dialami. Untuk itu, bagi seorang yang beriman pesan Nabi Muhammmad SAW dapat digunakan sebagai pegangan : “seorang mukmin tidak akan tersengat dua kali di lubang yang sama”, artinya, cukup sekali saja kegagalan itu dialami, jangan sampai untuk kedua kalinya dengan cara yang sama. Hanya orang yang konyol yang melakukan perbuatan sia-sia seperti itu -sudah tahu salah jalan tetap saja dilalui.

Sekalipun manusia mempunyai kecenderungan ‘membangkang’ perintahNya, namun mempergunakan anugerah akalnya sesuai peruntukannya -mencari kebenaran- merupakan kewajiban. Akal yang dianggap sebagai karunia Tuhan tidak akan berarti apa-apa, bila yang bersangkutan tidak berusaha memaksimalkan fungsinya untuk mencari jalan menuju kemaslahatan, sesuai aturan Tuhan. Kebekuan hati sama artinya dengan pengingkaran atas fitrahnya, dan dapat menimbulkan tragedi yang menyengsarakan baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Allah SWT mengingatkan bahayanya manusia seperti ini : “Cegahlah keangkaramurkaan, sebab bahayanya tidak hanya akan menimpah pelakunya, tetapi apa saja yang ada di sekitarnya”.

Balasan bagi yang alpa, adalah hilangnya ketentraman hati dan ketidaknyamanan hidup, seperti peringatan Tuhan dalam Surat Thoha 124 ‘barang siapa mengingkari peringatanku, maka baginya kehidupan yang sempit’. Jadi, jelas orang yang mengingkari fitrahnya akan merasakan ketidakseimbangan dalam hidupnya. Artinya kenikmatan yang didapat tidak seimbang dengan kepuasan hatinya, itu belum lagi siksa di akhirat nanti. Menuruti hawa nafsu ibarat kesenangan sesaat, tapi penyesalannya abadi.

Banyak peringatan dalam Al-qur’an bagi mereka yang alfa “sedikit kenikmatan yang diperoleh, dan untuknya siksa yang sangat pedih”. Itu artinya “kesenangan yang didapat terasa sangat singkat, dan neraka Jahannam akan menjadi tempat kembalinya”.

Datangnya kesadaran memang dapat tak terduga, tetapi tidak berarti kita harus menunggu tibanya petunjuk. Namun kalau kita mau mencari kebenaran Ilahiyah dan tidak menggumbar lamunan, tentu akan menemukan janji Allah SWT “Barangsiapa beriman kepadaKu, pasti akan aku berikan kehidupan yang lebih baik”. Dan sudah seharusnya kita menyongsong hidayah Tuhan, bukan menunggu. Orang bijak mengatakan ‘Penyesalan (bertaubat) ketika masih sehat dan kaya merupakan puncak dari sebuah kemenangan’, Penyesalan yang terucap di kala sakit dan kondisi yang sangat renta, tentu bernilai rendah sekali. Misalnya ada orang yang hartanya ludes karena judi, baru sadar bahwa perbuatannya itu keliru.

Namun sebaliknya, bila kesadarannya itu muncul di saat dia masih kaya dan sehat tentu akan membuat orang lain cemburu. Bagaimana tidak cemburu, dia yang selama ini begitu patuh atas perintah hawa nafsunya, tiba-tiba berbalik 180‘. Dia menghentikan perbuatan tercelanya dan kembali bersimpuh keharibaanNya. Itulah barangkali arti kiasan betapa Allah SWT itu selalu dan selalu menunggu kesadaran hambaNya, agar kembali mengingatNya : ‘bahwa Allah SWT lebih senang menerima taubatnya seseorang, melebihi dari senangnya seseorang yang menemukan kembali barangnya yang paling berharga, yang telah lama hilang’.

Kewajiban puasa ramdhan termasuk seruan Tuhan SWT agar mendapatkan predikat orang yang bertakwa (melaksanakan segala perintahNya). Tumbuhnya rasa ‘takwa’ merupakan tujuan utama, dan itu akan menjadi senjata paling ampuh untuk membentengi diri dari segala godaan, kesulitan, dan tantangan hidup. Banyak keuntungan yang didapat bila seorang hatinya selalu dekat denganNya, antara lain dijanjikan : “Barangsiapa taat kepada Tuhan, maka Allah SWT akan memberi jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapi, dan dia tidak akan merasa khawatir atau bersedih hati, juga akan diberi rizki yang cukup”. Terakhir, tidak ada kata terlambat bagi yang alpa, dan puasa ramadhan kali ini masih menyisakan waktu untuk berbuat lebih baik lagi, Dan nyatanya kesempatan itu masih terbentang luas, semoga kita dapat memanfaatkannya !

0 komentar: