Pembukaan Al Hadid

5/31/2010 08:22:00 PM Posted In Edit This 0 Comments »

Al Hadid secara harfiah aritnya besi, dan surat ini dinamakan dengan Al Hadid karena dalam ayat 25 dari 29 ayat di surat Al Hadid ini, Allah menyebutkan secara eksplisit tentang besi ini, “Kami turunkan besi, dan pada besi itu ada kekuatan yang sangat dahsyat dan banyak sekali manfaat-manfaatnya bagi manusia”, sayangnya walaupun yang pertama kali diingatkan adalah orang yang beriman, ternyata dikemudian hari yang lebih pandai menggunakan dan memanfaatkan besi itu yaitu orang-orang non muslim, setelah mereka berinteraksi dengan masyarakat Islam pada abad pertengahan, dan jadilah ayat ini pun sebagai sebuah teguran bagaimana ilmu kauli perlu diperdalam untuk meralisasikan pemanfaatan besi bagi kehidupan manusia.

Surat ini termasuk madaniyah dan ayat-ayat madaniayah pada umumnya berupa seruan dan perintah pada orang-orang yang beriman. Dan kalau kita lihat secara global dari surat Hadid ini, tema besarnya adalah perintah Allah kepada orang yang beriman agar merealisasikan pengakuan keimanannya, agar mewujudkan iman itu dalam prilaku dan pengorbanan mereka. Tapi, sebelum Allah menyapaikan tentang perintah merelaisasikan keimanan, kita dikenalkan dulu tentang Allah dan kekuasaanya.

Kalau kita perhatikan pada ayat tujuh dan seterusnya, mulai disebutkan “Berimanlah kepada Allah dan kepada Rasulnya dan berinfaqlah (dijalan Allah) sebagian dari harta yang dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah),” dan kemudian dijelaskan orang yang beriman dan berinfaq akan mendapatkan pahala yang sangat besar, dan ayat-ayat berikutnya terus mengingatkan kepada kita untuk merelaisasikan keimanan kita, diantaranya lewat pengorabann kita, lewat infaq kita untuk fisabilillah. Bahkan diayat sepuluh, dikatakan “Mengapa kalian tidak mau berinfaq dijalan Allah padahal semuanya ini milik Allah”, dan dijelaskan pula yang berjuang dan berinfaq pada generasi pertama, disaat perjuangan, dan yang berinfaq lebih dahulu, berbeda dengan yang kemudian, orang yang berjuang pada masa makkiyah berbeda dengan masa madaniyah. Orang-orang yang pertama itu adalah asabikun nassabikun, makanya dikatakan “tidak sama orang yang berinfaq sebelum fathu makkah, dan setelah fathu makkah,” ketika infaq itu disaat perjuangan nilainya jadi berbeda karenanya dijelaskan dalam hadits “mereka itu jauh lebih besar pahalanya dibandingkan yang berinfaq setelahnya,” yang berinfaq dijalan Allah pada hakikatnya meminjamkan kepada Allah. Dan pada ayat setelahnya infaq itu sangat dominan, Bahkan kalau dilihat diterjemahan Departemen Agama sub judul infaq itu hampir mencakup seluruh surat Al Hadid ini.

Tapi sebelum kita diperintahkan untuk merelaisasikan keimanan, diawali dulu dari diayat satu sampai enam, diceritakan ketundukan alam semesta kepada Allah Swt, ini menegaskan bahwa ketika kita tunduk kepada Allah maka kita telah mengikuti arus besar mahluk Allah swt. Ini menegaskan bahwa kita dituntun untuk mengenal dia baru diperintahkan tunduk kepadanya.



Keutamaan surat Al Hadid

Disebutkan oleh Ibnu Katsir dari Imam Ahmad dalam musnadnya menjelaskan, “Dari Irbad bin Sariyah dia menyampaikan kepada para sahabat, bahwa Rasulullah Saw, terbiasa membaca surat musabbihat, (yang awalnya memakai sabbaha atau yusabbihu) sebelum beliau tidur” termasuk surat Al Hadid ini karena awalnya sabbahalillah, jadi yang dibacanya itu, surat yang awalnya sabbaha (fiil madi), atau yusabihu (fiil mudare) atau sabbaha(fiil Amr). Tapi, kalau sekarang orang biasanya nonton sinetron sebelum tidur, atau nonton sinetron sampai tertidur, kalau kemudian dia meninggal kemungkinannya su’ul khotimah, karena yang ditontonnya itu negative. Saya pikir kita perlu menata ulang kehidupan kita, ada seorang ulama dikalangan salafushalih berkata “Umat ini tidak akan membaik kecuali dengan cara bagaimana dia menata hidupnya sebagaimana generasi awal.”

Kemudian Ibnu Katsir menyebutkan pula sebuah Hadits “Bahwa didalam surat musyabihat ada satu ayat yang nilainya lebih utama daripaada seribu ayat”, kalau seribu ayat itu sama dengan membaca surat Al Baqarah empat kali, dan ayat inilah yang sering dibaca Rasulullah dan dipadu dalam do’anya. Dan Ibnu Katsir mengatakan yang dimaksud ayat itu adalah ayat ke3 dari surat Al Hadid ini.

Disebutkan juga ada sebuah riwayat, didalam menafsir surat Zalzalah Ibnu Katsir menyebutkan sebuah hadits, ada seorang tua berkata kepada Rasulullah saw, “ya Rasulullah bacakan kepadaku surat, lalu Rasulullah mengatakan baca tiga surat alif lam ra itu seakan membaca Al Qur’an penuh, lalu orang tua itu mengatakan “ya Rasul saya sudah tua,” kata Rasulullah bacalah surat ha mim, dia menjawab sama, Rasulullah berkata kata lagi, bacalah musabbihat, dia menjawab sama, bacalah surat Zalzalah, Rasul berkata berbahaghialah orang tua yang kecil ini”. Ini yang dianjurakan oleh Rasulullah kepada orang yang tidak bisa merutinkan membaca Al Qur’an secara umum.



Bagian pertama Surat Al Hadid

“Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada dilangit dan dibumi, dan dia (Allah) maha perkasa lagi maha bijaksana”.(Al Hadid:1)

Begitulah Allah menjelaskan bahwa alam semesta ini bertasbih. Tasbih secara lughowi mensucikan Allah, dalam arti dia tunduk sepenuhnya kepada Allah dan tidak tunduk kepada yang lain, jadi tidak mensejajarkan Allah dengan yang lain, itu hakikat dari tasbih. Tasbih juga bisa berarti mengucapkan tasbih, dalam sebuah hadits dijelaskan ada dua bauh kata yang ringan diucapakan tapi sangat berat timbangannya disisi Allah dan sangat dicintai Allah. Yang dituntut kepada kita adalah kedua-duanya. Disini diingatkan bahwa alam semesta itu semuanya bertasbih kepada Allah swt, tapi karena keterbatasan kita, kita tidak memahami cara mereka bertasbih. Tapi, yang paling penting bukan kita menelusuri cara mereka bertasbih, tapi sudahkah kita bertasbih sebagaimana alam semesta bertasbih.

Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini bahwa semuanya di alam ini bertasbih termasuk juga hewan dan tumbuhan, dijelaskan dalam surat Al Isra' , “Langit yang tujuh lapis itu dan bumi dan siapa saja yang ada diangit dan dibumi itu bertasbih kepada Allah swt,” tidak ada sesautupun kecuali bertasbih kepada Allah, makanya kalau orang mukmin ketika dalam lingkungannya dia sendirian dia tak pernah kesepian karena dia bersama alam semesta. Makanya dia tentram, walau orang melihatnya sendirian.

“Dia maha perkasa, lagi maha bijaksana” Tinggal kitanya apakah kemudian kita menunjukan ketakaburan kita dan Rasulullah menjelaskan ketakaburan itu menolak kepada kebenaran,sehingga tidak mau tunduk kepada Allah swt, seperti yang dilakukan iblis ketika disuruh menghormati Adam, karenanya Rasulullah mengingatkan kesadaran diri kita sebagai hamba itu harus melekat didalam hati dan pikiran kita, itu sebabnya makanya pagi dan sore kita dianjurkan membaca syaidul istighfar. Karena, ketika kesadaran ini mengendur maka lahirlah ketakaburan, makanya dalam hadits disebutkan “Tidak akan masuk sorga ketika didalam hatinya ada ketakaburan walau kecil”



“Dialah yang memiliki kekuasaan dilangit dan dibumi, dialah yang menghidupkan dan mematikan dan dilah yang maha kuas atas segala sesuatu” (Al Hadid:2)

Itulah ketentuan Allah apabila dia menghendaki jadi maka jadilah. Ayat kedua juga menjelaskan tentang Allah, ayat ketigapun menjelaskan tentang Allah. Disini jelas bagaiman kita diperkenalkan dulu tentang Allah agar kemudian kita bisa tunduk dengan mudah, apabila seorang anak setelah besar dia diperkenalkan kepada ayah asuhnya yang telah membiyayinya dia sampai besar maka dia kalau disuruh cium tangan maka akan menurut, makanya kita lihat nanti setiap perintah untuk tunduk kepada Allah diawali diperkenalkan dulu tentang Allah, ini yang disinyalkan Abdulah bin Ammar, “Dulu kami diterangkan iman baru perintah, berbeda dengan orang sekarang diberikan perintah-perintah tapi keimanan belum ditanamkan mereka campakan perintah itu seperti mencampakan korma busuk.”



“Dia-lah yang awal dan yang akhir dialah yang nampak dan yang tidak nampak dan dia maha tau tenatng segala sesuatu”(Al Hadid:3)

Dijelaskan Ibnu Katsir, beliau mengutip hadits riwayat Imam Bukhari salah satu pengertian Adzhohiru wal batinu adalah “Allah tahu segala yang nampak dan Allah tahu yang tidak nampak” bahkan Allah dikatakan “maha tahu apa yang tersembunyi didalam dada”, perinciannya diayat empat, Allah mengetahui apa yang masuk kebumi, apakah mayit dikuburkan, apakah air yang menyerap, dan mengetahui apa yang keluar dari bumi. Dan yang turun dari langit dan yang naik kelangit termasuk juga amalan kita.

Dijelaskan pula oleh Ibnu Katsir yang riwayat Imam Ahmad menjelaskan makan Dzohir dan batin, yang menununjukan sifat Allah ini “Dari Abu Khurairah bahwa Rasulullah berdo’a menjelang tidurnya setelah membaca surat musabbihat “ya Allah Rabb pemilik seluruh langit yang tujuh dan pemilik Ars yang agung, ya Allah engkaulah tuhan kami dan tuhan segala mahluk, ya Allah Tuhan dilangit dan bumi, Engkau yang telah menurunkan taurat, injil dan Furqon (Al Qur’an), Engkau yang menumbuhkan biji-bijian dan membelahnya ketika tumbuh. tidak ada Tuhan melainkan Engkau, aku berlindung kepada segala sesuatu yang jahat yang ubun-ubunnya dalam kendaliMu, Engkaulah yang pertama tidak ada sebelum Engkau, Engkaulah yang akhir sesudahMu tiada lagi yang lain, Engkaulah yang dzohir diatasMu tiada lagi yang lain Engkau yang batin dibawahMu tiada lagi yang lain, lunaskanlah seluruh hutang kami dan berikanlah kecukupan kepada kami” .

Dalam riwayat yang lain hampir sama isinya dijelaskan bagaiman posisi Rasul ketika membacanya, “dari Suhail, bahwa Abu Shalih memerintahkan kami membaca do’a ini sambil bertumpu pada sisi sebelah kanan,” ini perlu dicermati, kenapa demikian. Ada yang mengatakn posisi jantungnya sangat bagus, tapi sunnah Rasulullah itu tentunya sunnah banyak hikmahnya.

Riwayat yang lain dari Aisyah, “bahwa Rasulullah memerintahkan agar tikarnya itu digelar, posisinya menghadap kiblat, kalau dia telah berbariang, lalu dia bertelekan pada tangan sebelah kanannya, lalu beliau berkomat-kamit, nggak diketahui apa yang dibaca, diantar kata-katanya pada penghujung malam itu, dikeraskan sedikit suaranya (seperti do’a yang tadi sampai akhir)”. dari do'a Ini Jangan dipahami kita berdo’a banyak-banyak kemudian menghutang banyak-banyak, sebab Rasulullah Saw, sebelumnya berta’audz untuk tidak terlibat utang. Dan do’a yang di awali asma’ul husna itu do’a mustazab, sampai Allah memerintahkan secara ekplisit “Allah memiliki asma’ul husna maka memintalah do’a dengan asma’ul husna ini”.

sumber : www.layananquran.com

0 komentar: